Sabtu, 05 Juli 2014

[Review] London: Angel by Windry Ramadhina




Judul: London: Angel
Penulis: Windry Ramadhina
Penerbit: GagasMedia
Cetakan: Keempat, 2014
Tebal: 330 halaman





Pembaca Tersayang,
Mari berjalan di sepanjang bantaran Sungai Thames, dalam rintik gerimis dan gemilang cahaya dari London Eye. 
Windry Ramadhina, penulis novel Orange, Memori, dan Montase mengajak kita menemani seorang penulis bernama Gilang mengejar cinta Ning hingga ke Fitzrovia. Namun, ternyata tidak semudah itu menyatakan cinta. Kota London malah mengarahkannya kepada seorang gadis misterius berambut ikal. Dia selalu muncul ketika hujan turun dan menghilang begitu hujan reda. Sementara itu, cinta yang dikejarnya belum juga ditemukannya. Apakah perjalanannya ini sia-sia belaka?
Setiap tempat punya cerita. Dalam dingin kabut Kota London, ada hangat cinta menyelusup.
Enjoy the journey,EDITOR
Seri Setiap Tempat Punya Cerita (STPC) pertama yang saya baca :p Taun kemarin waktu lagi booming-booming-nya STPC, saya malah nggak minat untuk baca satu pun bukunya. Pikiran saya waktu itu, ya pasti isinya sama aja. Cuma beda setting tempatnya aja. Memang, sih, ide novel mah pasti itu-itu aja, tergantung penulis ngeramunya gimana supaya jadi novel yang nggak mudah dilupakan oleh pembaca.

Akhirnya setelah 'diracuni' di sana sini, saya jadi penasaran dengan STPC ini, apalagi ternyata Windry Ramadhina yang bikin cerita di London, tempat impian saya. Tokoh sentral di novel ini adalah Gilang yang jatuh cinta dengan 'the girl next door', Ning. Akibat keceplosan saat lagi mabuk-mabukan, Gilang mau nggak mau pergi ke London untuk menemui dan menyatakan perasaannya kepada Ning. Penjelasan Windry tentang London sangat mengalir dan nggak berasa kayak buku-buku travel. Seakan para pembaca diajak berkeliling London, naik London Eye, pergi menyusuri galeri di London. Semuanya nggak ada yang dipaksakan, termasuk subplot *eh iya bukan sih namanya itu?* tentang Madge dan John, nyambung dengan plot utamanya. Kemunculan Goldilock yang misterius menambah keseruan novel ini. Rasanya saya juga pengin banget ketemu sama Goldilock itu, kebayang cantik dan magis :)

Satu hal yang unik dari novel ini, Gilang nggak menyebutkan nama asli teman-temannya, kecuali orang-orang yang di penginapan dan Ayu. Selebihnya saya nggak tau nama aslinya, ada Brutus, Dum, Dee, Hyde, V, entahlah siapa lagi. Nggak masalah, sih, malah jadi unik.

Kesimpulan yang saya dapat dari novel ini adalah: setiap kisah yang pedih tak harus selalu diakhiri dengan air mata *eeaakk

Bagi kalian pencinta hujan, London, warna merah, dan cerita sendu, i'm sure you will enjoy this book.

Stars: 5 of 5

Jumat, 04 Juli 2014

[Review] Interlude by Windry Ramadhina






Judul: Interlude
Penulis: Windry Ramadhina
Penerbit: GagasMedia
Cetakan: Pertama, 2014
Tebal: 380 halaman







Hanna,
listen.
Don’t cry, don’t cry.
The world is envy.
You’re too perfect
and she hates it.

Aku tahu kau menyembunyikan luka di senyummu yang retak. Kemarilah, aku akan menjagamu, asalkan kau mau mengulurkan tanganmu.

“Waktu tidak berputar ulang. Apa yang sudah hilang, tidak akan kembali. Dan, aku sudah hilang.” Aku ingat kata-katamu itu, masih terpatri di benakku.

Aku tidak selamanya berengsek. Bisakah kau memercayaiku, sekali lagi?

Kilat rasa tak percaya dalam matamu, membuatku tiba-tiba meragukan diriku sendiri. Tapi, sungguh, aku mencintaimu, merindukan manis bibirmu.

Apa lagi yang harus kulakukan agar kau percaya? Kenapa masih saja senyum retakmu yang kudapati?

Hanna, kau dengarkah suara itu? Hatiku baru saja patah….
Ini adalah buku Windry Ramadhina yang pertama kali saya baca. Dan langsung jatuh cinta dengan gaya penulisannya yang rapi dan mengalir. Novel ini bercerita tentang Hanna yang merasa dirinya sudah 'rusak', kemudian dia dipertemukan dengan Kai, seorang gitaris yang nggak tau tujuan hidupnya. Keduanya bertemu dan saling melengkapi. Di balik semua sikap Kai yang seperti itu, terdapat sebuah rahasia yang menjawab asal mula mengapa Kai menjadi seperti itu. Selain kisah Hanna-Kai, ada juga kisah Gitta-Jun. Sebenarnya Gitta sudah mempunyai pacar, meski dia merasakan bahwa dia mempunyai perasaan kepada Jun. Begitu pun dengan Jun yang memang sudah memberikan beberapa kode untuk Gitta. Padahal, Jun sama saya aja, deh *eh :p

Membaca novel ini membuat saya ikut masuk ke dalam ceritanya. Plotnya yang rapi, alurnya yang pas, karakternya yang manusia banget, seolah semuanya hidup. Ah, saya nggak bisa ngomong banyak, karena menurut saya Interlude ini juara! Ceritanya sendu, tapi nggak bikin pembaca termehek-mehek *apasik*

Kover? Jangan tanya, saya udah jatuh cinta saat pertama kali ngeliatnya. Nuansa biru-hijau-hitam, pas banget deh. Cantik :)

Karena nggak tau lagi harus nulis apa, jadi langsung ngasih bintang aja, ya.

Stars: 5 of 5

My favorite book so far! :)

[Review] Ananta Prahadi by Risa Saraswati





Judul: Ananta Prahadi
Penulis: Risa Saraswati
Penerbit: Rak Buku
Cetakan: Pertama, Mei 2014
Tebal: 278








Aku Tania, perempuan biasa... tapi mereka bilang aku ini Alien. Aku perempuan yang suka tertawa, tapi mereka bilang aku Monster. Aku perempuan bahagia, namun memang seiring kebahagianku membuat mereka semua menderita. Aku hanya ingin menjadi diriku sendiri, sesulit itukah mewujudkan keinginanku ini?
 Nama saya Ananta Prahadi, panggil saja Anta. Hobi bersih-bersih rumah, makan lontong kari, dan sangat menjunjung tinggi pelestarian makhluk langka. Jangan heran, kalau saya sangat suka berada di sisi makhluk langka. Makhluk langka yang saya jaga sekarang merupakan spesies terakhir perempuan unik yang ada di dunia ini.
Saya Pierre. Hmm... saya harus bilang apa?

Kamis, 03 Juli 2014

[Review] A Very Yuppy Wedding by Ika Natassa

Judul: A Very Yuppy Wedding
Penulis: Ika Natassa
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: Keempat, 2008
Tebal: 282 halaman






The life of a business banker is 24/7, dan bagi Andrea, banker muda yang tengah meniti tangga karier di salah satu bank terbesar di Indonesia, rasanya ada 8 hari dalam seminggu. Power lunch, designer suit, golf di Bintan, dinner dengan nasabah, kunjungan ke proyek debitur, sampai tumpukan analisis feasibility calon nasabah, she eats them all. Namun di usianya yang meninjak 29 tahun, Andrea mungkin harus mengubah prioritasnya, karena sekarang ada Adjie, the most eligible bachelor in banking yang akan segera menikahinya. So she should be smiling, right?

Not really. Tidak di saat ia harus memilih antara jabatan baru dan pernikahan, menghadapi wedding planner yang demanding, calon mertua yang perfeksionis, target bank yang mencekik, dan ancaman denda 500 juta jika ia melanggar kontrak kerjanya. Dan tidak ada Manolo Blahnik atau Zara atau Braun Buffel yang bisa memaksanya tersenyum di saat ia mulai mempertanyakan apakah semua pengorbanan karier yang telah ia berikan untuk Adjie tidak sia-sia, ketika ia menghadapi kenyataan bahwa tunangan sempurnanya mungkin berselingkuh dengan rekan kerjanya sendiri.

Welcome to the world of Andrea Siregar, the woman with the most rational job on the planet as she is making the most irrational decisions in her own personal life.

Senin, 05 Mei 2014

[Review] Yummy Tummy Marriage by Nurilla Iryani

Yummy Tummy Marriage

Judul: Yummy Tummy Marriage
Penulis: Nurilla Iryani
Penerbit: Bentang Pustaka
Tahun: 2014

Meski pesta pernikahanku jauh sekali dari impianku, tetapi kebahagiaanku enggak berkurang sedikit pun karena aku sudah resmi menikah dengan seorang pria yang membuatku jatuh cinta setiap hari selama tiga tahun terakhir ini, Bara Wiryawan. Yes Darling, let me tell you this: When you marry the one you love, everything is perfect.

But now I know, Bara is not perfect enough, dan terutama sama kliennya yang demanding banget. Argh!

—Gina


Gila, gue enggak pernah menyangka rangkaian acara pernikahan bisa bikin badan gue pegel-pegel. Harusnya jasa pijet masuk ke dalam paket pernikahan yang ditawarkan Wedding Organizer gue. But hey, gue tetep seneng banget karena wanita yang selama ini gue cintai akhirnya resmi jadi istri gue. Gina Anjani, you’re all mine now!

Until I know, tiga tahun ternyata enggak cukup buat gue mengenal Gina dan semua rahasia besarnya. Sigh!

—Bara

Senin, 24 Maret 2014

[Review] Marriageable by Riri Sardjono

Marriageable

Judul: Marriageable
Penulis: Riri Sardjono
Tahun terbit: Cetakan 7, 2013
Penerbit: GagasMedia
Tebal: 368 halaman

Namaku Flory. Usia mendekati tiga puluh dua. Status? Tentu saja single! Karena itu Mamz memutuskan mencarikan Datuk Maringgi abad modern untukku.

"Kenapa, sih, gue jadi nggak normal cuma gara-gara gue belom kawin?!"

"Karena elo punya kantong rahim, Darling,” jawab Dina kalem. “Kantong rahim sama kayak susu Ultra. Mereka punya expired date."

"Yeah," sahutku sinis. "Sementara sperma kayak wine. Masih berlaku untuk jangka waktu yang lama."

Mamz pikir aku belum menikah karena nasibku yang buruk. Dan kalau beliau tidak segera bertindak, maka nasibku akan semakin memburuk. Tapi Mamz lupa bertanya apa alasanku hingga belum tergerak untuk melangkah ke arah sana.

Alasanku simple. Karena Mamz dan Papz bukan pasangan Huxtable. Mungkin jauh di dalam hatinya, mereka menyesali keputusannya untuk menikah. Atau paling tidak, menyesali pilihannya. Seperti Dina, sahabatku.

"Kenapa sih elo bisa kawin sama laki?!"

Dina tergelak mendengarnya. "Hormon, Darling! Kadang-kadang kerja hormon kayak telegram. Salah ketik waktu ngirim sinyal ke otak. Mestinya horny, dia ngetik cinta!"

See??

"Oh my God!" desah Kika ngeri. "Pernikahan adalah waktu yang terlalu lama untuk cinta!"

Yup!

That’s my reason, Darling
Halaman-halaman awal novel ini masih membuat saya penasaran. Well, meski tema besar yang diusung novel ini adalah perjodohan dan persahabatan, yang cukup mainstream diangkat menjadi sebuah novel, tapi tetap nggak bikin saya langsung nutup novel ini.

Flory, seorang wanita awal 30-an yang bekerja sebagai arsitek dan mempunyai 4 orang sahabat -salah satunya gay, berencana untuk dijodohkan dengan anak teman ibunya.  Cerita dimulai dengan Flory yang sedang memakai baju sambil menelpon Dina, salah satu sahabatnya, untuk berkonsultasi mengenai baju yang akan dipakai untuk bertemu calon 'jodoh'nya itu. Dan selanjutnya Flory akhirnya bertemu dengan Vadin, cowok yang akan dijodohkan dengan dia. Flory masih merasa ragu untuk menikah karena ternyata dia mempunyai masa lalu yang cukup menyakitkan, mantannya meninggalkannya begitu saja demi seorang Barbie. Dan Flory juga punya ketakutan akan menghadapi kehidupan pernikahan seperti Mamz dan Papz-nya.

Oke, saya masih cukup geli dengan panggilan 'Mamz' dan 'Papz' tersebut. Tapi ya ga apa-apalah, daripada manggil nama asli orang tua, kan? Novel ini bikin saya penasaran dan cukup menarik juga mengikuti pembicaraan geng cewek ini yang memanggil temannya dengan sebutan 'Darling'. Bosen juga, sih. Soalnya percakapan mereka ini lebih banyak porsinya dibanding hubungan Flory dan Vadin. Jadi, saya nge-skip di beberapa bagian dan kadang ada pembicaraan yang saya ga ngerti juga, sih. Meski demikian, dialog-dialog yang dilontarkan kadang bikin ngakak sampai pengen ngejengkang dan ada kalanya kita ngangguk-ngangguk setuju baca percakapang geng mereka itu.

Di tengah novel, saya mulai merasa bosan membaca tingkah laku Flory yang (menurut saya) ga PD dengan dirinya sendiri. Vadin sebenarnya sudah menjelaskan kalau dia dan mantannya, Nadya, ga ada apa-apa. Dan Vadin juga tahu kalau Nadya hobinya menarik perhatian cowok-cowok. Tapi tetep aja Flory merasa 'tersaingi' dengan Nadya. Sebel banget di situ. Puncaknya pas Flory dan Vadin ngomongin tentang rencana tahun baru. Rasanya pengan saya lempar Flory dengan kardus susu!

Setelah sebel-sebel baca tengah novel, untungnya ending yang disuguhkan dengan penulis membuat saya menjadi kembali menyukai novel ini. Apalagi kalau bukan saat di pesta tahun baru saat Vadin mengucapkan 'selamat tinggal' buat Flory. Rasanya di situ saya langsung tertawa sambil nyukurin Flory *oops*. Memang cewek seperti itu harus dikasih pelajaran dulu biar nyadar. Dan yang paling bikin ngakak adalah beberapa adegan setelah itu! Puas banget! Yang udah baca pasti tahu, kan, yang mana? *kedipkedip*

Bab terakhirnya sendiri ga terlalu suka, sih, karena ga nyeritain tentang Flory dan Vadin. Tapi ya sudahlah, dengan kejadian di parkiran pesta tahun baru aja udah bikin saya seneng. Hehehe :D

Stars: 3 of 5
Good job, Mbak Riri :)

Selasa, 18 Maret 2014

[Review] Pink Project by Retni SB

Pink Project

Judul: Pink Project
Penulis: Retni SB
Tahun terbit: 2009
Tebal: 264 halaman
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Puti Ranin berang sekali ketika Sangga Lazuardi menyerangnya di ruang publik, di koran. Sangga mengejeknya sebagai katak dalam tempurung yang mencoba berceloteh tentang dunia! karena berani memberi penilaian terhadap lukisan tanpa pengetahuan yang memadai.

Bah! Dia memang awam dalam soal seni, seni lukis khususnya, tapi apakah itu berarti dia tidak boleh mengapresiasi sebuah karya? Dan baginya, lukisan Pring menyentuh kalbunya. Sangga Lazuardi sangat pongah. Kesombongan lelaki itu membuat Puti mati-matian membela dan mengagumi Pring, pelukis yang dicela Sangga.

Namun yang tidak dimengertinya... Sangga Lazuardi selalu muncul dalam setiap langkah hidupnya.... Bagai siluman, Sangga selalu muncul di mana pun dirinya berada. Apa yang diinginkan lelaki yang telah menghinanya habis-habisan itu?
Haloooo! Sudah lama ga ngereview buku, jadi mari kita mulai lagi *geretekin jari*
Buku ini aku pinjam dari seorang teman baru, emang lagi nyari buku bacaan, sih, jadi apapun yang dikasih akan segera dilahap. Hihii :D dan emang penasaran, sih, sama tulisan Mbak Retni ini. Jadi memang kebetulan.
Kavernya eye catching banget! Pink! Sesuai judulnya. Bikin saya yang pecinta warna pink ini semakin penasaran sama bukunya :D
Soooo, pertama kali baca, saya sedikit heran. Ini tokohnya umur berapa tahun ya? Rasanya kok gaya penceritaannya kayak anak remaja (karena pake POV 1). Heboh-heboh gimana gitu. Eh, ternyata si tokoh (Puti Ranin) umurnya sekitar 27 tahunan. Yang bikin ga enak, ya karena gaya ceritanya mirip teenlit. Tapi kalau nggak merasa terganggu sama itu sih ga masalah. Saya sedikit terganggu tapi ga banyak, masih tetep bisa nikmatin ceritanya.
Para tokoh diceritain dengan sangat jelas. Bisa ngebayangin giman Sangga, Pring, Ina, Niko. Tapi yang masih belum kebayang, ya, Puti itu sendiri. Karena kan dia yang nyeritain. Saya suka dengan Imo, adiknya Puti. Kocak! Bawa angin segar di novel ini dengan tingkah lakunya yang ajaib.
Awalnya, saya kira Pring dan Sangga itu ternyata satu tokoh. Ternyata nggak, ya. Hehehe. Penasaran banget sama akhirnya. Inilah yang membuat saya ga bisa nyimpen buku ini lama-lama. Bawaannya pengen langsung baca aja sampai habis.

Dan saya sukses kepengen punya toko buku juga, sama kayak Puti dan Ina. AAAA! Lagi-lagi yang sukses bikin mupeng adalah setting di Yogya. Secara saya belum pernah ke Yogya, terus baca tentang Yogya di novel ini. Apalagi cerita tentang Puti yang dibawa Sangga ke desa untuk makan siang. Uuumm kayaknya seru banget. Dan satu pertanyaan saya, penginapan Puti di Yogya sana beneran ada ga ya? Jadi pengen nginep di sana, euy :D

Ada beberapa typo, sih, tapi ga terlalu kentara. Ada satu yang paling saya inget *lupa di halaman berapa karena ga bawa bukunya* saat itu harusnya mereka lagi ngomongin Pring, tapi penulis salah ketik dengan menuliskan nama 'Sangga'. Itu aja, sih.

Stars: 3,2 of 5